Senin, 11 Mei 2009

ulat lagi ulat lagi

Belajar dari Ulat

Bagi penggemar tanaman atau yang memiliki hobi
berkebun,
seringkali menemukan binatang yang menjengkelkan,
dimana dedaunan muda yang tumbuh segar, menjadi tak
beraturan dan bolong-bolong bahkan habis dan tinggal
tangkainya saja.
Ternyata setelah kita perhatikan ada hewan yang
biasanya
berwarna hijau, sehijau dedaunan untuk kamu flase,
binatang tersebut adalah ulat.
Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus
dalam
melahap hijaunya dedaunan tanaman yang kita sayangi.
Rasa marah yang sangat bila kita jumpai tanaman
kesayangan kita telah habis dedaunannya, bahkan hanya
tinggal ranting-ranting saja.
Sedih dan marah rasanya karena usaha kita terasa
terampas
begitu saja karena ulah sang ulat.
Dibalik kekesalan dan rasa marah, pernahkah kita
mencoba
untuk melihat atau sedikit tertegun mengernyitkan dahi
atas ulah sang ulat tersebut atau sebaliknya kita
membunuhnya untuk melampiaskan kekesalan hati,
setega itukah?
Hasil yang diakibatkan oleh ulah sang ulat memang
sangat
mengesankan bila dibanding dengan wujud ulat yang
lemah
dan lunak tubuhnya.
Melihat dari akibat yang dihasilkan maka dapat kita
katakan
bahwa karakter ulat adalah pekerja keras dalam
menggunduli dedaunan tanaman kita, seakan-akan mereka
seperti dikejar deadline dan harus buru-buru untuk
menyelesaikan.
Hasilnya sangat mengesalkan sekali buat kita,
yaitu tanaman yang gundul dalam waktu yang relatif
singkat
dan sekali lagi sungguh mengesankan.
Dalam menjalani misinya sang ulat tak membiarkan
sedikit
waktu terbuang.
Sang ulat baru berhenti ketika sampai pada saat yang
ditentukan dimana ia harus berhenti makan untuk menuju
ke dalam kondisi puasa yang keras.
Puasa yang sangat ketat tanpa makan tanpa minum sama
sekali, dalam lingkupan kepompong yang sempit dan
gelap.
Pada masa kepompong ini terjadi sebuah peristiwa yang
sangat menakjubkan, masa dimana terjadi transformasi
dari seekor ulat yang menjijikkan menjadi kupu-kupu
yang
elok dan indahnya dikagumi manusia.
Sang kupu-kupu yang terlahir seakan-akan menjadi
makhluk baru yang mempunyai perwujudan dan perilaku
yang baru dan sama sekali berubah.
Haruskah kita membiarkan begitu saja sebuah peristiwa
yang sangat indah dan mengesankan ini, tentu tidak.
Sebenarnya kita patut malu bila melihat tabiat ulat
yang
pekerja keras.
Ulat seakan tak mempunyai waktu yang terluang dan
terbuang sedikitpun.
Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga
bagi ulat untuk menggemukkan badan sebagai persiapan
menuju sebuah keadaan dimana diperlukan energi yang
besar yaitu masa kepompong, seakan dikejar-kejar oleh
deadline sehingga sang ulat tak pernah beristirahat
sejenakpun untuk terus melahap dedaunan.
Berpacunya sang ulat dengan waktu, ternyata disebabkan
sang ulat telah mempunyai sebuah tujuan yang sangat
jernih dan jelas yaitu mengumpulkan semua potensi yang
ada untuk menghadapi satu saat yang sangat kritis
yaitu
masa kepompong, dimana pada masa kepompong tersebut
dibutuhkan persiapan yang prima.
Datangnya masa kepompong adalah sebuah keniscayaan,
maka sang ulat mempersiapkan dengan kerja keras untuk
menghadapinya.
Sebuah persiapan diri dengan kerja keras dilakukan
juga
pada hewan-hewan yang mengalami musim dingin.
Dimana untuk menghadapi masa sulit di musim dingin,
banyak hewan yang melakukan hibernasi selama musim
dingin di gua-gua atau liang-liang, agar terhindar
dari
ganasnya musim dingin.
Agar tubuh tetap hangat dan tersedianya energi maka
sebelum menjelang musim dingin, hewan-hewan tersebut
akan menumpuk lemak sebanyak-banyaknya di dalam
tubuhnya, untuk dipakai sebagai bekal dalam tidur
panjangnya.

Lalu coba kita berkaca dan mereview diri kita,
adakah semangat yang luar biasa selayaknya ulat yang
telah menggunduli dedaunan, bukankah sebuah masa
depan dan tanggung jawab yang begitu beratnya harus
kita pikul dan tunaikan.
Namun kita terbuai dan masih sering suka bermain-main,
selayaknya tertipu oleh permainan yang sangat
melenakan.
Masa-masa dalam kehidupan kita sebagai individu atau
kelompok, pasti tak akan pernah luput dari masa yang
menyenangkan dan kemudian digantikan masa-masa yang
sulit, itu adalah sebuah kepastian, sepasti
bergantinya
musim hujan disongsong oleh musim kemarau yang
memayahkan.
Janganlah kita terlena bahkan kalah dengan hewan yang
bernama ulat yang mempunyai etos kerja unggul dan
memiliki pola pandang yang jauh ke depan yang meniti
masa depan tersebut dengan kerja keras, karena masa
depan dengan kesulitan dan cobaan itu pasti akan
datang
dan menghampiri kita, maka persiapan yang matang dan
kerja keras yang mampu menolong kita dan bukan
kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar